Mohammad Kafka Rahman
Kafka Rahman
Hiruk Pikuk malam menyelimuti rungan kamar perantauan, diantara tidur dan bangun seperti alam bawah sadar dan bisikan entah ilham, mukjizat atau lainnya. Namun yang jelas saya hanya seorang ayah yang pekerja keras dirantauan kota orang dengan bermodal seadanya dan semampunya.
Pulanglah, kau akan mendapatkan anugerah terkokoh dalam kehidupanmu. Namun kau tidak perlu melakukan seperti yang kau lakukan sebelumnya. Dimalah, amati dan kokohkan pendirian untuk terus bermunajat mendapatkan anugerah yang terindah. Kau pasti bisa...!!!
Kesokan harinya, pagi-pagi sekali saya langsung pamitan ke bu kos untuk pulang lebih awal karena bisikan itu terus menjadi pikiran yang belum terpecahkan. Entah apa yang akan terjadi dan seperti apa nanti yang akan saya alami sampainya dirumah. Yang jelas saya percaya Tuhan walau agama saya terlalu dini untuk dibilang seorang yang beriman.
Terus menghantui pikiran tentang bisikan itu, tiba-tiba deringan telpon bertulalti untuk yang keskian kalian. Kuangkat dan kudengarkan ocehan untuk segera pulang karena seseorang akan lahir kedunia yang ketiga kalinya. Baru kusadari bisikan itu ternyata perintah untuk menemani sang istri yang sedangan berupaya keras untuk melahirkan anak yang ketiga. Disaat itu juga bingung apa yang harus saya lakukan. Disisi lain seorang istri menginginkan suaminya untuk menemani saat pertaruhan nyawa melawan takdir. Dilain sisi harus bertindak untuk seperti yang kulakukan sebelumnya, menemani kelahiran anak pertama dan keduaa di ranjang persalinan. Dan dengan terpaksa saya berpura-pura untuk menyibukkan diri mempersiapkan kebutuhan setelah anak lahir. Istri harus melawan pertaruhan nyawa sendirian dengan seorang bidan desa.
Jelang berberapa menit, seorang bidan yang keluar dari ruangan persalinan dan bilang dengan nada lembutnya. "Pak, selamat anak bapak seorang laki-laki yang perkasa"
Begitu bahagianya saya mendengarkan ucapan bidan itu, tanpa sadar kaki beranjank untuk masuk ruangan dan menggendong bayi kecilku dengan melantunkan suara adzan dan qomat ditelinga pangeranku. dan Kuberi nama "MOHAMMAD KAFKA RAHMAN"
Hanya cerita sekilas tentang putra yang akan menjadi pangeran keluarga kecilku nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar